Jumat, 29 Maret 2013

KESEHATAN MENTAL : Tulisan 1


-          Konsep Sehat

Pengertian Sehat menurut WHO yaitu, a state of complete physical mental and social well being and not merely the absence of illness or indemnity. Adapun artinya adalah sesuatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik Jiwa, Raga (fisik dan mental) dan social lainnya serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
Dan adapun pengertian konsep sakit menurut WHO yakni adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. Lengkapnya Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam keadaan, bisa suatu kelainan, kejadi yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh manusia, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi keseluruhan dari anggota tubuhnya

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu:
1.Environment atau lingkungan.
2.Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3.Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.


-          Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri . Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental . Dengan kesehatan mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang yang mempunyai dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan di kedua sisi itu kira kira 50:50 . 

Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karna masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hiduo bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan lagi sebagai gangguan.

Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia barat, antara lain :
-         Akibat kekuatan supranatural
-         Dirusak oleh roh / setan
-         Dianggap kriminal karena memiliki derajat kebinatangan yang besar
-         Dianggap memiliki cara berpikir irasional
-         Dianggap sakit
-         Merupakan reaksi terhadap tekanan / stres, merupakan prilaku maladaptif
-         Melarikan diri dari tanggung jawab .
 Setelah perang dunia II , sejarah dalam kesehatan mental makin lama makin berkembang , perhatian masyarakat mengenai jiwa semakin bertambah . Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan pada saat itu .
Secara etimologis, kata mental itu berasal dari kata latin. Yaitu “mens atau mentis” artinya roh, sukma , atau nyawa. Dalam bahasa yunani kesehatan tergantung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan .
Beers menulis buku yang berjudul “ A Mind that Found Itself” dalam bukunya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berprimanusiaan.
Beers menyarankan program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan , penyembuhan bagi para penderita gangguan mental dan menyusun program yang berisikan :
  1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan pada penderita mental
  2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih intelegen dan lebih human atau berperikemanusiaan tehadap para penderita penyakit emosi dan mental .
  3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhan .
  4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan emosi.
Para psikolog besar ini sangat terkesan oleh Beers termasuk Williiam Jemes and Adolf Meyer . Dan akhirnya Adolf Meyer pun menyarankan agar “Mental Hygiene” di populerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society For Mental Hygiene, dimana beers pun duduk didalam hingga akhir hayatnya .

-          Pendekatan Kesehatan Mental

Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. 

Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.Pendeketan Kesehatan Mental

Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. 

Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.

Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.



Daftar Pustaka :

Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989. 

American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed). Washington, DC: America Psychiatric Association. 

Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya Sunanti Z. Soejoeti Pusat Penelitian  Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar