-
Konsep Sehat
Pengertian Sehat menurut WHO yaitu, a state of complete physical mental
and social well being and not merely the absence of illness or indemnity.
Adapun artinya adalah sesuatu keadaan yang sejahtera menyeluruh baik Jiwa, Raga
(fisik dan mental) dan social lainnya serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan saja.
Dan adapun pengertian konsep sakit menurut WHO yakni adalah suatu kondisi
dimana kesehatan tubuh lemah. Lengkapnya Sakit adalah keadaan yang disebabkan
oleh bermacam-macam keadaan, bisa suatu kelainan, kejadi yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap susunan jaringan tubuh manusia, dari fungsi jaringan itu
sendiri maupun fungsi keseluruhan dari anggota tubuhnya
UU
No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental
dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Masalah
kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial
budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat
kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being, merupakan resultante dari 4 faktor (3) yaitu:
1.Environment
atau lingkungan.
2.Behaviour
atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
3.Heredity
atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4.
Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari
empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat.
-
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah perkembangan kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek
moyang yang mengalami gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri .
Mereka mengalami kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia
yang dengan rasa putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit
mental . Dengan kesehatan mental ini kita dapat bandingkan dengan mata uang
yang mempunyai dua sisi yang di sisi satunya sakit dan yang di sisi satunya
lagi baik . Di sisi ini dapat dilihat kemungkinan di kedua sisi itu kira kira
50:50 .
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini
terutama karna masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah
dapat diamati dan terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hiduo
bersama sehingga tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal
yang biasa bukan lagi sebagai gangguan.
Sejarah kesehatan mental merupakan cerminan pandangan masyarakat
terhadap gangguan mental dan perlakuan yang diberikan. Ada beberapa
pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia barat, antara
lain :
- Akibat kekuatan supranatural
- Dirusak oleh roh / setan
- Dianggap kriminal karena memiliki derajat kebinatangan yang besar
- Dianggap memiliki cara berpikir irasional
- Dianggap sakit
- Merupakan reaksi terhadap tekanan / stres, merupakan prilaku maladaptif
- Melarikan diri dari tanggung jawab .
Setelah perang dunia II , sejarah dalam kesehatan mental makin lama
makin berkembang , perhatian masyarakat mengenai jiwa semakin bertambah .
Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia
gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan
sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan pada saat itu .
Secara etimologis, kata mental itu berasal dari kata latin. Yaitu
“mens atau mentis” artinya roh, sukma , atau nyawa. Dalam bahasa yunani
kesehatan tergantung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan .
Beers menulis buku yang berjudul “ A Mind that Found Itself” dalam
bukunya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan
tidak berprimanusiaan.
Beers menyarankan program perbaikan yang definitif pada cara
pemeliharaan , penyembuhan bagi para penderita gangguan mental dan
menyusun program yang berisikan :
- Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan pada penderita mental
- Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih intelegen dan lebih human atau berperikemanusiaan tehadap para penderita penyakit emosi dan mental .
- Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhan .
- Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan emosi.
Para psikolog besar ini sangat terkesan oleh Beers termasuk Williiam
Jemes and Adolf Meyer . Dan akhirnya Adolf Meyer pun menyarankan agar
“Mental Hygiene” di populerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan. 1908
terbentuklah organisasi Connectitude Society For Mental Hygiene, dimana
beers pun duduk didalam hingga akhir hayatnya .
-
Pendekatan Kesehatan Mental
Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri
mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental.
Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan
fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat
mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian
sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan
orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan
kontak dengan realitas.
Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan
dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak.
Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan
dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru
dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini
lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang
yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat
digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri
digolongkan sebagai tidak sehat mental.Pendeketan Kesehatan Mental
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak
dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena
kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya,
kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi
kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu
digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan
sesuatu yang absolut.
Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada
gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang
menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan
menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain.
Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada
saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana
hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu
tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan
bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak
dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan
potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan
dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi
pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat
menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan
tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada
perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah
yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah
mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau
menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan
dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan
perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental
hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan
masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara
otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia
dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi
kebahagiaan dan kemampuan sosial.
Daftar Pustaka :
Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989.
American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (4th ed). Washington, DC: America Psychiatric
Association.
Konsep Sehat,
Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya Sunanti Z. Soejoeti Pusat
Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar